Gender
Peran Perempuan Sentra Tempe Desa Kalangan - Kabupaten Klaten
Rabu 5 Desember 2018

Terbit pertama : 18 Agustus 2016

Terletak 20 km dari pusat kota Kabupaten Klaten, Desa Kalangan dikenal sebagai satu desa sentra industri rumah tangga yang berbahan baku kedelai, tempe. Desa ini masuk dalam wilayah administratisi Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah.Sebagai salah satu sentra produksi tempe di Klaten, saat memasuki desa, plang-plang nama produsen keripik tempe dapat terlihat di sisi kanan dan kiri jalan. Desa ini juga terdapat 1 koperasi tempe dan tahu yang menyediakan kedelai bagi para pengrajin.

 

Kami bertemu dengan salah satu pengrajin tempe yang sudah hampir 40 tahun melakukan usaha pembuatan tempe, Ibu Atmo. Usia Ibu Atmo menjelang 70 tahun namun beliau masih sangat bersemangat meneruskan usaha pembuatan tempe. Dalam menjalankan usaha ini beliau dibantu oleh putranya, yang bertugas memasak kedelai sebelum siap dibungkus serta 2 tenaga kerja perempuan yang membantunya membungkus kedelai dengan ukuran besar dan kecil.

 

“Tempe buatan saya masih menggunakan daun pisang, membuat rasa tempe menjadi lebih enak. Namun memang saat ini persaingan semakin ketat mengingat banyak pengrajin tempe yang mengemas tempenya dengan menggunakan plastik” cerita Ibu Atmo.

 

Dalam sehari industri Ibu Atmo mampu mengolah 40 – 60 kg kedelai, yang menghasilkan 700 bungkus tempe ukuran besar dan 400 tempe ukuran kecil. Volume produksi ini terbilang sudah sangat menurun jika dibandingkan dengan awal usaha dulu yang mampu mengolah 100-120 kg kedelai setiap harinya. Harga kedelai yang semakin mahal menjadi salah satu penyebab dia menurunkan produksi tempenya.

 

Tempe baru bisa dijual 4 hari sejak pertama di masak, dengan harga Rp 400/bungkus besar dan Rp 200/bungkus kecil, dan biaya pekerja pembungkus tempe Rp 20.000/hari, dalam sehari usaha tempe Ibu Atmo mampu memberikan keuntungan Rp 200 – 300 ribu. Industri tempe milik Ibu Atmo menyatu dengan tempat tinggalnya dan hanya dilengkapi dengan sebuah tungku api dan beberapa peralatan sederhana lainnya. Kegiatan produksi tempe dimulai sejak pagi dan selesai sore hari. Kedelai direbus, ditiriskan, dan dikelupas kulitnya. Proses ini memerlukan tenaga besar untuk mengangkut dan mengaduk rebusan puluhan kilogram kedelai. Oleh karena itu, menantu laki-laki Ibu Atmolah yang bertugas melakukan proses tersebut. Sedangkan Ibu Atmo dan dua orang perempuan lainnya memfermentasi kedelai rebus yang telah didiamkan semalam dengan ragi tempe dan membungkusnya menggunakan daun.

 

Pekerja pembungkus tempe di desa Kalangan rata rata adalah perempuan, mereka dengan telaten membungkus tempe dalam 2 ukuran yang berbeda dengan sesekali membuang kotoran yang kadang kala tercampur saat kedelai dimasak. Ibu Atmo dan para pekerja perempuan ini adalah satu dari ratusan perempuan yang mempunyai peran besar pada keberlanjutan industri tempe skala kecil. Perannya tidak hanya mempertahankan keberadaan makanan tempe, namun juga sebagai kontrol bagi kualitas tempe yang kita konsumsi sehingga sampai saat ini kita mash bisa menikmati makanan khas nan lezat, Tempe.